Senja yang Tenggelam


Tentangmu Senja.

Akulah gadis kecil itu, yang sedari tadi memintamu untuk menghentikan aktifitasmu sesaat hanya untuk mendengarkan resahku.
Seperti sebutir debu yang memaksa angin untuk berhenti dan jangan berlalu, seperti senja yang diminta untuk tetap tinggal, seperti rasa yang diminta untuk tetap normal.
Ya, itulah aku, gadis kecil berumur 15 tahun yang memaksamu mendengarkan celotehanku, seperti memohon, tapi lebih tepatnya memaksa.
Dengarkan aku sebentar saja, ayolah.. Seakan menggambarkan adikmu ini ingin bicara, adikmu ini ingin didengar, adikmu ini membutuhkanmu.
Laki-laki berumur 21 tahun itu pada awalnya tak pernah ada sapa, pada awalnya tak mengerti nama, apa lagi ruang dimensi waktu untuk bicara.
Waktu itu, seperti suatu kebahagian yang tak mampu dianalogikan, dari mana mengenalnya, jalan kisahnya seperti apa.
Aku tak pernah mengira akan berkenalan dengan seorang Ketua Umum LDK ternama di kota mahasiswa itu, sebut saja namanya Johan.
Aku menjadi sosok yang aneh yang penuh dengan hal menjengkelkan, sosok yang tak faham akan keadaan, sosok yang tak mengerti posisiku dan posisinya, maafkan aku ka Johan, aku membuatmu tak nyaman. 

Karna bagiku mengenalmu adalah anugrah terindah dalam masa remajaku, masa kelas II SMA, masa dimana penuh gejola rasa, masa dimana inginkan cerita. Tak ada harapan jauh dari sekedar mengenal dan mengambil pembelajaran dalam ber-organisasi, karna zaman itu aku adalah aktifis di sekolahku. Bercerita denganmu, merumuskan solusi denganmu adalah aktifitas paling aku nanti.
Aku menjadi sosok yang ingin selalu berada disampingmu walau terbatas antara jeda waktu dan raga.
Aku memulai kisah itu, kisah penuh misteri yang kubuat sendiri.

untukmu ka johan.

Aku mengagumimu.
Bandarlampung 27April2013.

Kau tau senja, ahh mana mungkin tau, aku ingin bercerita, aku ingin menangis, aku ingin kau disini, disampingku, tapi hari bagaikan angin yang dengan kasih sayangNya melambai dengan cepat, seolah seperti kisah kita yang tak diizinkan menjadi cerita.
Hari ini tepat 1 minggu wanita syurgaku tergolek lemah bagai seorang putri tidur. Iya bidadari syurgaku, alasan terbesarku untuk bangkit, alasan terbesarku untuk maju, alasan terbesarku untuk kuat.
Bidadari itu hanya bisa merintih kesakitan, sesekali terdiam, mukanya memerah, jantungnya berdetak dengan cepat, badannya yang semakin hari semakin membengkak, wajahnya semakin hari semakin pucat, senyumnya kini memudar menjadi bisu tiada kata, apa lagi canda.
Bidadari syurga itu hanya bisa merintih meminta tolong untuk diambillkan minum, meminta tolong diubah posisi tidurnya, untuk diganti posisi duduknya.
Bahkan tak jarang setiap berganti posisi, sakit itu menyapa dengan keras.. Aduuuuuduuu... Itu yang selalu diucapkan, tak lupa dengan kalimat tasbih dan tahmidnya.
Aku bersyukur kepada Allah, karena bidadari syurgaku adalah sejati.
Solat tetap dilakukan walau dengan susah payah, tasbih tetap diucapkan walau disampingnya bergandengan dengan nyeri yang teramat sakit.
Terimakasih ibu kau adalah bidadari syurgaku bidadari syurga Aa, bidadari syurga teteh, rangkuman terbesar dalam dunia keluarga kau adalah bidadari yang sesungguhnya.
Semoga Allah memberimu kesembuhan, semoga Malaikat mencatat amal indahmu, semoga Allah mengizinkan kita berjumpa lebih lama.
Karena kau bidadari syurga kami. We love you Mom. Syakillah ya ummii..
Kost Widialoka Bandar Lampung 13 Mei 2017.

Membuka luka yang belum kering, rasanya seperti membuka kenangan lama, yang tak diizinkan kembali.
Rindu.
Ia rindu.
Rindu yang sebenernya aku rasakan, memandangmu dengan jarak yang kita buat sendiri, tak ada sapa, tak ada kata, tak ada cerita.
Aku disini seperti terhimpit dinding rasa, pahit seperti obat tapi sedikit membantu menyembuhan luka.
Tak mudah rasa ini, tak butuh pengakuan sendiri, yang aku butuhkan hanya pengakuan didepan kedua orangtuaku dan orangtuamu, didepan penghulu atas saksi kisah yang berakhir indah, bukan berakhir tragis seperti momo yang menakutan lagi menyedihkan.
Hati ini menjerit, hari ini membuat diri tak berkutik, tak mampu memandang dan menatap 2 bola mata yang dulu pernah menatapku dengan rasa.
Kini ku tak mampu.
Aku memilih menghindar, aku memilih diam, aku memilih memalingkan wajah dan tubuhku darimu.
Seperti memeluk angin dan memandang sejuknya lukisan. Tak dapat di pegang, tapi dapat dipandang.
Aku disini, memandang rasa yang telah sirna.
Entah nyata atau biasa.
Aku selalu mempertanyakan arti dari kedua bola mata itu, tatapan penuh misteri, senyuman penuh tanda tanya.
Ku rasa semua wanita tak ingin kisahnya berakhir dengan air mata apa lagi luka.
Dan ku rasa cinta tak semestinya menjadi dejavu yang terus terulang dengan akhir yang menyakitkan.
Abdulmoeloek 11 Juni 2017.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spasi ada untuk jadi jeda.

Serpihan cerita yang terluka

Vespa yang Mogok